Untung Surojo, penyiar radio komunitas Radio Pertanian Wonocolo selama hampir 23 tahun. |
Radio
Komunitas memang nyaris punah. Beberapa diantaranya gulung tikar, berubah
menjadi radio swasta, atau merombak drastis konten yang ditampilkan demi
menuruti yang lebih digandrungi. Orisinalitas Radio Komunitas kian dipertanyakan,
dan semakin langka yang tetap mempertahankan tujuan awal mereka. Fase hidup
Radio Komunitas memang tak selanggeng radio swasta yang mendapat suntikan dana
dari sana-sini. Hal itulah yang membuat jumlah Radio Komunitas terus menyusut.
Salah
satu Radio Komunitas yang masih kukuh dengan program-program lama mereka adalah
Radio Pertanian Wonocolo. Radio yang bisa ditemukan di saluran AM 1449 KHz ini
merupakan salah satu Radio Komunitas yang sangat tua, didirikan pada 16 Juli
1969. Radio ini dibangun atas ide dari Gubernur Jawa Timur kala itu, yaitu
Mohammad Noer.
“Waktu itu
pemerintah Orde Baru kan menggalakkan REPELITA, nah di tahapan 5 tahun itu,
Jawa Timur menggalakkan sektor pertanian. Dulu kita masih menjadi seksi
publikasi kantor pertanian,” kata Untung Surojo, ketua dari Radio Pertanian
Wonocolo.
Untung Surojo
telah menjadi penyiar di Radio Pertanian Wonocolo selama hampir 23 tahun
lamanya. Ia juga sempat menjabat sebagai ketua Jaringan Radio Komunitas (JRK)
Jawa Timur selama tiga tahun. Kecintaannya terhadap radio sudah ia rasakan
sejak kecil. Rasa cinta inilah yang membuatnya ingin terus melestarikan Radio
Komunitas dan konten yang dibawakan.
“Konten kami hampir
sama. Saya mempertahankan itu. Yang berbeda hanya sekarang kami menyisipkan
konten untuk anak muda, tetapi itu tidak banyak. Jadi ketika jeda segmen, kita
sisipkan artikel tentang bahaya narkoba, kenakalan remaja, keamanan, misalnya.
Jadi lebih ke hal umum, bukan pertanian. Kemudian tiap jeda juga kita sisipkan
misalnya peringatan-peringatan musibah banjir, tanah longsor, seperti itu. Dulu
nggak kepikiran (membuat segmen)
seperti itu,” tutur Untung.
Untung saat siaran. Saat ini, ia masih aktif siaran mulai dari siang hingga malam hari. |
Teknis-teknis
siaran juga berubah. Dulu mereka lebih sering memutar rekaman siaran, sedangkan
saat ini lebih banyak siaran langsung. Perubahan gelombang juga mereka rasakan.
Jika dulu menggunakan gelombang SW (gelombang pendek), saat ini menggunakan AM.
Lalu, siaran yang dulunya hanya 6-7 jam, saat ini dilakukan selama 24 jam.
Tetapi, selain itu semua, tidak ada perubahan yang berarti pada program siaran.
“(Untuk
siaran) bangun tidur itu (memainkan) gendhing,
kan kesenangannya petani. Lalu jam 08.00 pagi ada segmen Bingkisan Untuk Ibu-ibu.
Jadi artikel masak, perawatan wajah, merawat anak, seputar itu. Lalu agak siang
menuju hiburan, ada lagu-lagu campursari. Lalu ada obrolan dengan tokoh
masyarakat di jam 13.00 siang. Berikutnya ada hiburan tapi bentuknya sentilan, jadi
kritik sosial, mengkritik kebijaksanaan pemerintah, gitu-gitu. Durasinya cukup lama, jam 14.00-16.00 sore. Saya sendiri yang
menjalankan segmen ini. Kalau malam, waktunya berinteraksi dengan petani. Kalau
dulu kan tidak ada SMS, jadi judul programnya Menjawab Surat Petani. Sekarang
lewat SMS atau telpon langsung. Jadi ada segmen on air interaktif dengan petani. Selain itu, sampai sekarang saya mutar
wayang seminggu dua kali, yaitu hari Kamis dan Sabtu. Kita memutar rekaman
lama. Tapi diluar hari itu misalnya ada yang nanggap wayang lalu minta kita siaran langsung, ya kita siaran.
Kemudian seperti Tembang Macapat, itu sudah langka, tapi kita masih
menayangkan,” jelas Untung.
Ruang siaran Radio Pertanian Wonocolo. Kantor radio ini berada di Jl. Ahmad Yani No. 156 Surabaya. |
Konsistensi
Radio Pertanian Wonocolo ini berbuah penghargaan. Mereka berhasil menyabet LPJ
Award yang diberikan oleh Keraton Jogjakarta dengan titel radio pelestari
budaya. Konten-konten yang disajikan radio ini juga menjadi obat rindu bagi
orang-orang di Indonesia sendiri, maupun luar negeri. Ini dikarenakan radio
mereka memiliki website untuk streaming, sehingga siaran mereka bisa didengarkan
dimanapun, kapanpun, oleh siapapun.
“Jadi
pendengar kita nggak hanya orang
Indonesia, tapi juga orang-orang luar negeri. Kita tau dari SMS-SMS yang kita
terima. Musik yang kita putar di sini kan mereka jarang dengar, jadi mereka
senang mendengarkan. Ada dari Amerika, Kuwait, Belanda, Jepang, ada orang
Indonesia yang tinggal di sana, ada juga ya orang asli sana yang mendengarkan,”
ujarnya.
Menjadi sesepuh di dunia radio tentu membuat Untung memiliki
banyak sekali pengalaman-pengalaman istimewa, dan berinteraksi dengan pendengar
lewat cara-cara yang unik juga.
“Tiap satu
bulan sekali kita mengumpulkan penggemar di minggu ke dua. Biasanya sekitar
200an orang yang datang. Itu kita diskusi macem-macem.
Ada nyanyi-nyanyinya juga. Nah lewat
acara itu, saya bisa mempertemukan orang sudah berpisah puluhan tahun. Jadi
dulu mereka tinggal satu desa, masih satu keluarga. Kan kita tiap kali ada
pertemuan dengan penggemar kita umumkan di radio. Akhirnya ya bertemu di radio
ini,” kenangnya sembari tertawa.
Tidak berhenti
sampai disitu, Untung juga mempertemukan jodoh antar pendengar yang berasal
dari kota-kota yang berjauhan, namun menyatu karena menjadi pendengar setia
radio ini. Untung sendiri mengaku kewalahan jika harus menghitung berapa banyak
jumlah pasangan yang telah ia jodohkan.
“Banyak yang
sampai nikah. Nah, itu juga saya pertahankan, jadi saya mengadakan ruwatan masal
untuk menampung orang-orang yang kesulitan jodoh. Jadi itu ritual, kita siarkan
langsung. Kita adakan di gedung. Yang ikut ratusan orang. Itu tradisi Jawa.
Tapi kemudian berkembang bisa ada orang usaha ingin laris, ikut ruwatan. Itu
sampai 17 kali saya melakukan ruwatan. Di acara wayang-wayang itu juga sering
tiba-tiba ada yang curhat soal keluarga, misalnya. Lalu diselesaikan bersama,” kata
Untung.
Saat ini, penyiar
tetap Radio Pertanian Wonocolo hanya tinggal tiga orang. Tetapi, ada 12 penyiar lain yang memang
hobi siaran dan membantu secara sukarela. Agar radio ini tetap berjalan, mereka harus
memutar otak, karena jelas tidak boleh memasang iklan. Maka, untuk memenuhi
kebutuhan, mereka membuka usaha warung, dan menayangkan iklan layanan
masyarakat dari produk tertentu. Radio Komunitas ini memiliki jasa besar, terutama bagi para petani di masanya. Semoga Radio Pertanian Wonocolo bisa tetap mempertahankan, bahkan
mengembangkan diri mereka, agar bisa tetap hidup meski bergumul dalam huru-hara
radio swasta.
Radio jos mengedukasi pendengar dimanapun berada
ReplyDelete